FOTO: Puncak perayaan hari jadi ke-45 tahun Universitas Ngurah Rai (UNR) di bawah naungan Yayasan Jagadhita, Denpasar.
DENPASAR , VOB - Rabu 23 Mei 1979, tercatat sebagai salah satu hari bersejarah bagi dunia pendidikan tinggi di Pulau Dewata Bali. Tepat 49 tahun silam, enam orang tokoh, yakni Ketut Wirata Sindhu, Tjokorda Gde Atmadja, Ketut Purya, Nyoman Sura Adi Tanaya, Anak Agung Gde Raka, dan Nyoman Mustika, mendirikan Universitas Ngurah Rai di bawah Yayasan Jagadhita Denpasar, sebagai badan penyelenggara.
Kelahiran “Kampus Perjuangan” itu dilandasi idealisme untuk mempermudah akses masyarakat Bali mengenyam pendidikan sarjana. Benar saja, di tahun-tahun awal berdiri, Universitas Ngurah Rai yang biasa disingkat UNR itu disambut antusias.
Ribuan mahasiswa baru mendaftar setiap tahunnya, meskipun UNR belum memiliki kampus. Perkuliahan berlangsung di sejumlah sekolah dasar di Kota Denpasar. UNR pun menjadi pionir dengan menasbihkan diri sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) tertua kedua di Bali.
Untuk merefleksikan semangat dan perjuangan para pendiri, Dies Natalis ke-45 tahun 2024 digelar secara meriah. Rangkaiannya dimulai sejak Maret 2024, meliputi kompetisi akademik, non akademik hingga ditutup dengan konser akbar menghadirkan artis-artis nasional di Kramas Aeropark, Gianyar, Sabtu (25/5).
Rektor UNR Prof. Dr. Ni Putu Tirka Widanti, MM. M.Hum., di sela puncak perayaan Dies Natalis ke-45 UNR, Kamis (23/5) di kampus setempat, mengatakan, perkembangan UNR sudah sangat luar biasa hingga saat ini. Dari awal tidak memiliki fasilitas perkuliahaan sekarang sudah punya kampus yang berdiri di lahan strategis dengan luas 2,25 hektar.
Sebagai penerus cita-cita para pendiri, rektor perempuan pertama di kampus itu bertekad memantapkan program internasionalisasi dengan mendirikan Kantor Urusan Internasional, meningkatkan kualitas dan kuantitas Tri Dharma Perguruan Tinggi, kualifikasi pendidikan dosen bila perlu terus menambah jumlah guru besar (profesor) yang saat ini baru dua orang.
Selain itu, pihaknya telah menyiapkan tiga program studi baru, terdiri atas Program Profesi Insinyur, Program Studi Magister Manajemen Inovasi dan Doktor Administrasi Publik. Ketiga program studi tersebut telah melewati kajian akan kebutuhan “stakeholder”.
Dari segi lulusan, kata Rektor, UNR sudah tidak perlu diragukan. Dari ribuan alumni, tercatat dua orang menjabat Menteri Negara, kepala daerah, legislator, jaksa, polisi, pegawai negeri, swasta serta wirausaha.
Hingga saat ini, UNR mengelola Fakultas Sains dan Teknolgi (Prodi Teknik Sipil dan Arsitektur); Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Prodi Manajemen); Fakultas Hukum (Prodi Hukum); Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (Prodi Administrasi Publik), serta Program Pascasarjana yang terdiri dari Prodi Magister Administrasi Publik serta Prodi Magister Hukum.
Ketua Yayasan Jagadhita Denpasar, Dr. Drs. AA Gede Raka, M.Si., mengaku sebagai kado HUT ke-45 Yayasan Jagadhita dan UNR, pihaknya sedang membangun asrama kelas premium di areal kampus. Total ada 40 kamar yang ditarget rampung Agustus 2024 ini.
“Fasilitas tersebut untuk menunjang visi internasionalisasi yang sedang digencarkan rektorat. Jadi mahasiswa asing dari China, Korea Selatan, Amerika Serikat dan yang lain, bisa tinggal di sana selama kuliah di UNR,” jelas AA Raka.
Dalam waktu dekat, menurutnya, UNR segera menerima mahasiswa internasional. Hal ini akan semakin melambungkan UNR dengan roh Tri Hita Karana serta spirit Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai ke kancah global. Sehingga ia menilai tema “The Spirit of Ngurah Rai” pada HUT tahun ini sangat relevan.
Pada kesempatan yang sama, Ketua DPP Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI) Prof. Dr. Thomas Suyatno, berpesan agar UNR mampu mempertahankan eksitensinya sebagai PTS tertua di Bali. Salah satu caranya dengan terus melakukan introspeksi. Menjaga kekompakan antara yayasan, rektorat, senat dan sivitas akademika. “45 tahun tentu peristiwa yang sangat monumental,” jelas Thomas.
Ia berharap, UNR terus memberikan kontribusinya kepada masyarakat terlebih menuju Indonesia Unggul. Meski di dalam konstitusi menegaskan bahwa negara menjamin pendidikan dasar setiap warga negra, namun menurutnya, hal itu sudah tidak relevan karena saat ini zaman menuntut sumber daya manusia yang berpengetahuan lebih.
“Mungkin saat Undang-Undang Dasasar pasal 31 itu dibuat, pendidikan dasar masih relevan. Tapi melihat konteks saat ini dan ke depan, tentu pendidikan dasar saja tidak cukup. Di pendidikan dasar pun masih ada sekolah-sekolah yang rusak,” jelasnya didampingi Ketua DPD ABPPTSI Bali Prof. Dr. Drs. AA Gede Oka Wisnumurti, M.Si.[rl]
Posting Komentar