Pasangan Disabilitas Tuli Di Karangasem Sukses Menjadi Petani Madu, Berhasil Ciptakan Inovasi EHHS



foto: I Kadek Swanjaya saat menggunakan mesin EHHS ciptaannya (ami)

Karangasem, VoB - Memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi tak menghalangi I Kadek Swanjaya untuk terus berinovasi, demi menyambung hidup. Pria yang terlahir Tuli ini berhasil menciptakan mesin elektronik yang berfungsi mengambil Madu dari sarangnya tanpa merusak sarang, dinamai EHHS (electric honey harvester system). 


Mesin yang diciptakan tahun 2020 ini mengalami beberapa tahapan perkembangan. Dari awalnya Swanjaya menciptakan alat penyedot madu manual dengan menggunakan spuit dan selang kecil, lalu madu yang didapat diwadahi dengan tabung kecil. Kemudian alat tersebut disempurnakan kembali menjadi EHHS yakni mesin elektrik berbahan aki. Alat tersebut kemudian diperjualbelikan dan banyak diminati para petani madu. Harga jual satu mesin EHHS ini berkisar 1,5 juta Rupiah. Mesin ini bahkan mendapat juara 1 Tingkat Provinsi Bali dalam lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna. 


"Kami menerima pesanan alat EHHS ini dari para petani madu di Tabanan, Gianyar, Klungkung, sudah belasan yang terjual," Kata Yuliana, Istri dari Suwanjana yang sekaligus membantunya dalam berkomunikasi ke para costumer. Istri Yuliana ini, juga terlahir Tuli, namun ia bisa berkomunikasi dengan membaca gerakan bibir. 


Tak hanya itu, pria kelahiran tahun 1995 ini juga mengembangkan produk dalam bisnisnya dengan membuat tempat sarang lebah dengan tampilan aesthetic. Berbahan kayu kotak yang beratapkan ijuk. Ia memiliki berbagai model tempat sarang madu, dijual dengan harga mulai dari 1,2 Juta rupiah. 



Kadek Swanjaya bersama istrinya Yuliani berkomunikasi dengan bahasa isyarat (ami)

I Kadek Swanjaya bersama istrinya Yuliani merupakan pasangan Disabilitas Tuli. Pasangan ini sukses menjadi petani madu dengan omset 30 Juta Rupiah. Dan berhasil mandiri menghidupi keluarga kecilnya, bahkan memiliki beberapa orang karyawan. Mereka juga telah dikaruniai 2 orang anak, yang terlahir normal. Ia mengembangkan usaha sembari mengajar sebagai Guru bahasa isyarat untuk orang mendengar.


"Tahun 2020 karena pandemi Covid-19, suami saya diberhentikan bekerja dari Yayasan Corti. Kemudian ia pulang dan mulai menjadi petani Madu lebah kele yang memang sudah diajari dari kecil oleh ayahnya," Tuturnya. Kemudian ia membangun pertanian lebah madu Raya Honey Sibetan yang telah di gandrungi juga oleh para wisatawan asing, beralamat di Banjar Dinas Pengawan, Desa Sibetan Kecamatan Bebandem, Karangasem. 


Dari petani madu kecil, ia kembangkan usahanya dengan berbagai inovasi, seperti menjual alat-alat perlengkapan petani madu melalui online. Karena ia hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat, maka ia menggunakan bantuan handphone, mengetik teks sebagai alatnya berbicara ke customer yang mendatangi rumahnya secara langsung. 



I Kadek Swanjaya saat memanen madu (ami)

Suwanjana memiliki 47 rumah sarang madu dengan 3 macam jenis lebah berbeda. Madunya pun dijual dengan harga yang berbeda, seperti madu dari Lebah Trigona (kele) dijual dengan harga Rp.100.000,-/100ml. Madu Lebah Apis Dorsata (nyawan dinding ai) harganya Rp. 85.000,-/100ml. Sedangkan madu Lebah Apis Cerana (Nyawan Bali) Rp.75.000,- /100ml.


Rata-rata dalam 1 rumah lebah ia dapat menghasilkan 800-1000 ml madu. Dimana masa panennya rata-rata 2 hingga 3 bulan sekali. "Jika musim bunga nektar kami dapat memanen madu lebih cepat," Kata Yuliani. Dalam 1 bulan, Suwanjaya dapat memanen total 10 liter madu. Madu ini kemudian dikemas kedalam botol dengan isian 100 ml, 200 ml dan 500 ml. Menurut Yuliani Madu murni ini memiliki masa berlaku hingga 5 tahun, namun karena rekomendasi dari kementerian kesehatan, maka masa expirednya direkomendasikan 2 tahun. Madu-madu ini kemudian dipasarkan ke toko-toko, banyak juga di kirim ke areal Denpasar dan terjual hingga ke luar pulau Bali. 


Sementara, untuk perawatan lebah dan sarang madu Suwanjaya mengaku tidak ada kendala apapun. Halaman rumahnya banyak ditanami bunga-bunga yang disukai lebah sebagai pakan. "Kami juga mengawasi lebah kami dari predator, seperti Laba-laba, cicak dan ayam," Tandas Yuliani. (Ami).

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama